Kamis, 10 September 2009

6. Renungan Pemberdayaan W/KI GMIM
Edisi Agustus-September 2009
Minggu 1 September 2009

Mazmur 50: 1- 23

Latar Belakang Naskah
Kitab Mazmur termasuk bagian yang paling terkenal dari Perjanjian Lama. Kitab ini mempunyai arti yang sangat besar untuk Gereja terutama di bidang liturgi dan bidang pembangunan rohani serta kehidupan pribadi orang Kristen. Mengapa ? Karena kitab Mazmur adalah sekumpulan gubahan dalam bentuk puisi, di mana umat Israel memperdengarkan suara kepercayaannya. Kepercayaan mereka itu ialah berkaitan dengan sejarahnya, sejarah keselamatan, pemilihan Israel menjadi hamba Tuhan dan pelopor untuk semua bangsa, sumber pengetahuan yang tunggal tentang Allah.
Menurut jenisnya, ada Mazmur Perorangan, Mazmur Raja, Mazmur Jemaat, Mazmur Pengajaran. Mazmur 50 tergolong pada jenis Mazmur Pengajaran.

Khotbah : Persembahan Syukur sebagai tanda Jujur Jalanku

Bulan September adalah bulan syukur bagi kita anggota Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), sebab nanti tanggal 30 September kita akan merayakan Hari Ulang Tahun GMIM Bersinode. Tahun ini adalah tahun istimewa, sebab genap 75 tahun GMIM berada, pergi dan berbuat. Bahasa keren yang dipakai untuk merayakan hari ini adalah “GMIM Berlian”. Tentu saja kita semua patut bersyukur dengan mengagungkan kemuliaan-Nya. Dasar mengapa dan bagaimana kita bersyukur telah dan terus diajar-ajarkan oleh Gereja kepada kita yaitu yang bersumber dari kesaksian Alkitab. Oleh sebab itu, marilah kita ikuti salah satu bagian Alkitab yang menjadi sumber segala pengajaran gereja itu dan karenanya menjadi Firman Allah bagi kita gereja di masa kini.

Sebagai salah satu mazmur yang tergolong pada jenis mazmur pengajaran, maka bagian Alkitab ini paling kurang mengajarkan 4 hal. Pertama, Allah itu Mahakuasa, Dia adalah Hakim (ayat 1-6). Kemahakuasaan-Nya nyata dalam hal Ia yang menciptakan langit dan bumi, benda-benda penerang seperti matahari. Sebagai Hakim, Ia memberi keadilan kepada segenap ciptaan-Nya. Kedua, Ia memanggil umat-Nya karena punya Dialah segala yang kita (manusia) miliki (ayat 7-15). “sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya.” Tidak ada satu makhlukpun yang tidak dikenalnya. Ia mengenal segala makhluk. Karena itu bila umat memberi korban bakaran berupa binatang, maka itu dilakukan bukan untuk ‘mengambil hati-Nya’ atau bukan untuk membujuk-Nya, melainkan untuk menggenapi nazar/janji kepada-Nya. Ketiga, bagi orang fasik yang kerjanya menyelidiki ketetapan-Nya tetapi yang melupakan-Nya (karena apa yang ditelitinya, tidak dilakukannya), maka mereka akan dihukum (ayat 16-22). Dengan kata lain, orang fasik hanyalah mencari-cari kesalahan. “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku?” (ayat 16-17). Keempat, penegasan tentang hal memberi persembahan. Siapa yang melakukannya, ia memuliakan-Nya. “siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya” (ayat 23).

Jadi, mempersembahkan syukur kepada Allah adalah hakikat kita umat-Nya. Kita melakukannya karena memang hanya Dialah yang patut menerima segala syukur kita. Kita bersyukur karena Dialah Pencipta dan Pemelihara kita dan segala ciptaan lainnya. Kita bersyukur bukan karena kita bisa, bukan karena kita mampu, bukan karena kita berjasa, tetapi karena Dia memperkenankan kita hidup, berkarya dan berjuang menurut ketetapan-ketetapan-Nya. Firman Tuhan : “ … sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya” (ayat 12b). Umat Israel adalah umat perjanjian. Mereka telah mengikat perjanjian dengan bernazar atau berjanji. Allah berjanji untuk tetap setia, Allah akan tetap menjadi Allah umat Israel, dan Israel akan tetap menjadi umat perjanjian dnegan antara lain senantiasa mempersembahkan korban kepada-Nya. Mempersembahkan sesuatu kepada-Nya bukan untuk mengambil hati-Nya atau membujuk-Nya, tetapi karena Ia telah lebih dulu berbuat baik atau berbuat selamat bagi umat.

Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa di antara umat Allah ada orang-orang yang disebut fasik. Ciri-ciri dari orang fasik ialah : menyelidiki ketetapan Tuhan dan menyebut perjanjian Tuhan dengan mulutnya, membenci teguran, mengesampingkan firman Tuhan, berkawan dengan pencuri, bergaul dengan orang berzinah, mengucapkan yang jahat dengan tipu daya, mengata-ngatai saudara, memfitnah, menyangka sederajat dengan Tuhan. Orang-orang seperti ini diberi perigatan oleh Tuhan. Artinya Tuhan tetap setia dengan perjanjian-Nya, Ia memberi peringatan agar agar mereka tidak “diterkam”.
Kesimpulan dari bagian Alkitab ini ialah ayat 23 : siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Tuhan, siapa yang jujur jalannya, keselamatan dari Allah akan diperlihatkan-Nya kepadanya.

Dalam kesempatan ini, saya mengajak kita merefleksikan dua kata penting di sini yaitu kata JUJUR JALANNYA. Hubungan antara mempersembahkan syukur sebagai korban haruslah dilakukan dalam kejujuran. Jujur dalam mengakui Tuhan, Jujur dalam memberi persembahan dalam bentuk apapun, Jujur dalam tujuan memberi persembahan. Hanya dengan alasan, cara dan tujuan yang jujur, maka persembahan yang diberikan akan berbuahkan keberlanjutan kehidupan.

Semoga, Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) terus menjadi Gereja yang Jujur Jalannya. Amin


Materi Diskusi
Apa motivasi atau alasan kita memberi persembahan dalam ibadah-ibadah kita ?
Bagaimana pendapatmu dengan adanya beberapa pundi atau kotak persembahan ?
Apa yang anda mengerti dan lakukan dengan ungkapan “Jujur Jalannya” baik untuk pribadimu sendiri, keluargamu, gereja dan masyarakat ?
Menjelang 75 tahun GMIM Bersinode, apa artinya mempersembahkan syukur dalam kejujuran?

ImplementasiWanita/Kaum Ibu Gereja menjadi panutan dalam mempersembahkan seluruh hidupnya sebagai syukur kepada Tuhan. Diperlukan evaluasi bersama tentang untuk apa memberi derma, bagaimana cara atau bentuknya: mengapa ada berbagai pundi/kotak persembahan dan bagaimana pengelolaannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar