Kamis, 10 September 2009

8. Renungan Pemberdayaan W/KI GMIM
Edisi Oktober-November 2009
15 November 2009

I Samuel 10: 1-16

Latar Belakang Naskah
Umat Israel melalui tua-tua meminta Samuel untuk mengangkat seorang raja bagi mereka. Alasannya ialah agar ada seorang yang akan menghakimi dan memimpin mereka dalam perang. Artinya agar ada keadilan di antara mereka dan ada pemimpin dalam menghadapi bangsa-bangsa lain (8:20). Inilah pertama kali dalam sejarah Israel akan diangkatnya seorang raja. Samuel sebagai seorang nabi sekaligus seorang hakim, bertanggungjawab atas pengangkatan raja. Segala persyaratan menjadi seorang raja telah disiapkan oleh Samuel bahkan sedang berproses (9:1-27).

Khotbah : Menjadi Raja

Bagian alkitab ini menceritakan pengurapan Saul menjadi raja oleh Samuel. Singkatnya ialah pengurapan ini didahului dengan menuangkan minyak ke atas kepalanya dan Saul menciumnya. Pernyataan pengurapan dalam bentuk kalimat tanya diikuti dengan pernyataan status serta fungsinya menjadi raja. Untuk menguatkan pengurapan tersebut, maka Samuel menyampaikan tanda-tandanya (ayat 2-8). Salah satu tanda pengurapan itu adalah Saul akan bertemu dengan serombongan nabi dan Roh Tuhan akan berkuasa atasnya. Pengurapan ini tidak diceritakan Saul kepada pamannya.
Dari rangkaian upacara pengurapan ini, ada dua hal yang sangat berarti bagi kita di masa kini ialah tentang pertama bahwa yang mengurapi Saul menjadi raja adalah TUHAN melalui tangan Samuel. Kedua bahwa tugas raja ialah memerintah umat TUHAN dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh-musuh di sekitar mereka. Sebagai umat Kristen di masa kini, marilah kita pelajari apa artinya dua hal ini bagi kita baik sebagai ibu dalam keluarga maupun sebagai warga gereja dan warga negara dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, pengurapan seorang raja adalah hak Tuhan. Karena itu, seorang raja dalam tugas-tugasnya hendaknya selalu sadar bahwa dia adalah alat-Nya di dunia ini. Apapun yang akan dilakukan raja haruslah berdasarkan kehendak-Nya. Samuel yang mengurapi Saul atas nama TUHAN hendak mengatakan bahwa Samuelpun hanyalah alat TUHAN. Samuel tidak ada hak apapun terhadap pengurapan raja. Ia tidak ada hak untuk mengambil atau mencabut atau memecat Saul sebagai raja. Pengurapan raja adalah hak Allah.
Kedua, tugas atau fungsi raja ada dua yaitu memerintah umat-Nya dan menyelamatkan umat-Nya dari musuh-musuh di sekitarnya. Jadi jelas sekali bahwa yang diperintah seorang raja adalah umat TUHAN, umat milik TUHAN, bukan umat milik raja atau milik manusia. Tugas raja menjadi kawan sekerja-Nya untuk umat-Nya. Memerintah umat-Nya, bukan untuk diri raja (dan keluarganya atau kroni-kroninya). Menjadi raja berarti memberi diri sepenuhnya untuk umat milik TUHAN. Tugas kedua dari raja ialah untuk menyelamatkan dari musuh-musuh atau melindungi umat dari gangguan bahkan serangan bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain, tugas raja ialah mengasihi umat TUHAN ini, bukan sebaliknya menjadi musuhnya. Kalau terjadi demikian, maka harus dipertanyakan kembali apakah raja ini masih menjadi raja urapan TUHAN ? Demikian pula dengan umat TUHAN, jangan-jangan umat TUHAN tidak lagi melaksanakan kehendak-Nya ? Dengan kata lain, baik raja dan umat hendaknya sama-sama menyadari bahwa TUHAN adalah pemilik segala yang dipunyainya, bahwa TUHAN adalah pemilik kehidupan ini.
Kiranya kedua hal penting dalam rangkaian pengurapan raja ini memberi dasar teologis bagi kita jemaat, kaum ibu/perempuan gereja untuk mempertanyakan selalu tentang hakikat hidup kita menjadi isteri, ibu, warga gereja dan warga negara. Bila di antara kita ada yang dipercayakan menjadi ‘raja’ atau pemimpin dalam persekutuan kecl atau besar, hendaknya ingat cerita Saul menjadi raja. Belajarlah dari Saul dan Samuel agar TUHAN tetap dimuliakan dalam persekutuan kita, dan persekutuan kita menjadi berkat bagi dan di antara kita dan pada gilirannya orang-orang lainpun menjadi percaya dan menerima TUHAN kita sebagai TUHANnya pula. Di sinilah aspek misi atau pekabaran Injil dari persekutuan hidup kita. Bagi para pelayan khusus yang baru saja terpilih dalam lingkungan pelayanan GMIM, hendaklah menjadi menjadi pelayan khusus TUHAN dan untuk keselamatan umat TUHAN. Amin

Bahan untuk diskusi
- Bagaimana pengalaman kita sewaktu pemilihan pelayan khusus Oktober lalu ?
- Bagaimana pendapat kita tentang salah satu asset GMIM yaitu Bukit Inspirasi yang dikontrakkan oleh BPS GMIM untuk mendapatkan biaya bagi pengangkatan Pendeta menjadi Pekerja GMIM?
- Bagaimana pendapat kita tentang pemberhentikan 11 orang pekerja GMIM termasuk pemberhentian 10 orang sebagai PENDETA yang dilakukan oleh BPS GMIM?

Implementasi
- Wanita/Kaum Ibu perlu mempelajari bersama tentang Tata Gereja GMIM 2007 dengan bantuan pertanyaan : apakah Tata Gereja kita sudah mencerminkan kehendak Allah ? apakah peraturan-peraturan tentang tugas BPS, BPW dan BPMJ serta Para Pelayan Khusus mencerminkan tugas memerintah umat TUHAN dan menyelamatkan umat TUHAN dari musuh-musuh di sekitarnya ?
- Wanita/Kaum Ibu perlu menguji ulang segala programnya dengan bantuan pertanyaan : apakah program kita dalam rangka menyelamatkan wanita/kaum ibu dari berbagai masalah seperti KDRT, HIV/AIDS, Traffiking.
7. Renungan Pemberdayaan W/KI GMIM
Edisi Oktober-November 2009
1 November 2009

I Samuel 8: 1- 22.

Latar Belakang Naskah
Isi pokok kitab I Samuel ialah Samuel Mempersiapkan Kerajaan. Siapakah Samuel ? Ia adalah tokoh peralihan dari zaman hakim-hakim ke zaman kerajaan. Ia pernah mengalahkan orang-orang Filistin di Mizpa, bukan dengan menghunus pedang tetapi dengan doa. Ia juga digambarkan sebagai seorang nabi dan pelihat. Ia secara rutin mempersembahkan korban dan berpakaian imam seolah-olah ia seorang imam, dan sebagai seorang hakim ia juga menjadi pemutus perkara dan perselisihan pada semua suku. Pendek kata, ia melakukan berbagai tugas yang diperlukan dalam komunitas Israel. Dalam hal ini, ia hampir serupa dengan tokoh Musa, apalagi menjelang akhir hidupnya ia menyampaikan wejangan perpisahan dan wasiat rohani (pasal 12).
Ada dua persoalan yang hendak dijawab dalam kitab ini, yaitu pertama, siapakah yang akan menjadi raja? Kedua, siapakah yang akan menggantikan raja itu?
Bagian alkitab yang kita baca hari ini menceritakan tentang keinginan umat Isreal untuk memperoleh raja yaitu dengan memohon kepada Samuel agar ia mengangkat raja bagi mereka bukan dari anak-anaknya yang berprilaku buruk itu.

Khotbah : Jabatan dan Demokrasi

Ada ungkapan yang sudah sangat lama kita tahu dan yang sampai sekarang masih kita dengar dan atau pakai yaitu : ‘buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’. Tanpa kita ingat bahwa bila pohon berada di tanah yang miring apalagi bila di bawahnya ada aliran sungai, maka pastilah buah yang jatuh dari pohon akan ‘pergi’ jauh-jauh sekali. Nah… ayat 1-3 secara khusus menceritakan fakta bahwa anak-anak Samuel yaitu Yoel dan Abia tidak hidup seperti ayahnya. Mereka berdua yang diangkat Samuel menjadi hakin atas orang-orang Israel ternyata tidak hidup seperti ayah mereka. Sebaliknya mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan. Padahal tugas seorang hakim pada waktu itu ialah melayani umat Tuhan dengan benar dan adil. Jadi, sudah jelas sejak dahulu kala, ungkapan di atas tidak sepenuhnya benar. Begitu juga pada masakini kita mendengar, menyaksikan bahkan mungkin mengalami sendiri bahwa ada orangtua yang kelakuannya tidak baik, tetapi anaknya menjadi orang yang baik bahkan sangat baik.
Kembali kepada maksud ayat 1-3 tadi. Karena anak-anak-anak Samuel tidak dapat melanjutkan tugas dari ayah mereka sebagai Hakim atas bangsa Israel, maka para tua-tua meminta Samuel untuk mengangkat seorang raja. Alasan mereka ialah agar ada yang memerintah mereka seperti yang terjadi pada bangsa-bangsa lain. Permintaan mereka ini disampaikan oleh Samuel kepada Tuhan. Tuhan meresponnya dengan mengatakan Samuel hendaknya mendengarkan permintaan itu, memperingatkan dan memberitahu mereka tentang hak raja. Di sini dimaksudkan agar mereka tahu akan segala konsekuensi memiliki seorang raja. Ada hak raja dan ada kewajiban rakyat/umat seperti yang tertuang dalam ayat 11-18. Adanya hak raja berarti berkurangnya hak rakyat yaitu rakyat harus merelakan sebagian miliknya untuk kebutuhan hidup sang raja dan kerajaannya. Rakyat harus memberi apa yang menjadi hak raja karena raja mempunyai kewajiban terhadap para pegawainya. Hak raja yang mengharuskan rakyat menyerahkan apa yang ada padanya bahkan sampai menjadi budak sekalipun, ternyata tidak menyurutkan niat mereka untuk mendesak Samuel agar mereka memiliki seorang raja. Akhirnya, atas firman Tuhan, permintaan mereka dikabulkan.
Nah … ada beberapa hal yang menjadi bahan pelajaran iman bagi kita di masakini yaitu :
Pertama : jabatan orangtua tidak serta merta dapat diwariskan kepada anak-anak. Tidak semua anak sama baiknya dengan orangtua. Kalau memang orangtua bermaksud mewariskannya maka haruslah dipersiapkan dengan matang dan tentu saja atas restu Tuhan. Anak-anakpun tidak dapat menerima begitu saja ‘warisan’ itu tanpa bertanggungjawab atas keperluan atau kepentingan atau maksud jabatan itu.




Kedua, kehendak untuk mendapatkan seorang raja atau pemimpin bukan semata agar menjadi sama dengan bangsa lain. Melainkan kesadaran akan tanggungjawab menjadi suatu bangsa yang dipimpin langsung oleh seorang manusia dengan segala hak-haknya. Kesadaran itu harus ada agar rakyat jangan seenaknya ‘berteriak’ kepada Allah bila raja tersebut tidak melaksanakan tugasnya dengan baik atau sesuai harapan rakyat.
Ketiga, Tuhan Allah melalui Samuel mengajarkan cara berdemokrasi yang santun. Mendengar, mengingatkan dan memberi informasi apa adanya adalah kegiatan dan proses berdemokrasi yang harus dikerjakan oleh seorang fasilitator. Samuel di sini bertindak sebagai perantara umat dengan Tuhan atau sebagai fasilitator sedangkan umat/bangsa yang memutuskan sendiri.
Keempat, Tuhan Allah itu sangat peduli dengan segala kehendak manusia. Karena itu Ia bersedia mendengar melalui hamba-Nya Samuel. Namun, Ia memberi wawasan agar manusia melakukan sesuatu dengan sadar. Umat dibelajarkan untuk tidak asal minta atau ‘iko rame’.
Kiranya, kita kaum perempuan/kaum ibu gereja dapat mengambil sikap yang berkenan kepada-Nya bila dihadapkan pada masalah-masalah jabatan dan kuasa. Apalagi kita baru saja selesai dengan proses pemilihan pelayan khusus tingkat jemaat. Semoga mereka yang terpilih betul-betul menerapkan prinsip kepemimpinan demokratis berdasarkan kehendak-Nya. Amin

Materi Diskusi
- Mengapa ada anak yang menjadi tidak baik atau berprilaku buruk padahal orangtuanya terkenal baik dan menjadi panutan banyak orang ? Ceritakanlah pengalaman, pengamatan dan pendapat ibu-ibu!
- Ceritakanlah pengalaman ibu-ibu tentang hal berdemokrasi dalam keluarga, gereja dan masyarakat.

Implementasi
Praktekkanlah kepemimpinan demokratis a.l. melalui kegiatan kepanitian atau kelompok kerja.
6. Renungan Pemberdayaan W/KI GMIM
Edisi Agustus-September 2009
Minggu 1 September 2009

Mazmur 50: 1- 23

Latar Belakang Naskah
Kitab Mazmur termasuk bagian yang paling terkenal dari Perjanjian Lama. Kitab ini mempunyai arti yang sangat besar untuk Gereja terutama di bidang liturgi dan bidang pembangunan rohani serta kehidupan pribadi orang Kristen. Mengapa ? Karena kitab Mazmur adalah sekumpulan gubahan dalam bentuk puisi, di mana umat Israel memperdengarkan suara kepercayaannya. Kepercayaan mereka itu ialah berkaitan dengan sejarahnya, sejarah keselamatan, pemilihan Israel menjadi hamba Tuhan dan pelopor untuk semua bangsa, sumber pengetahuan yang tunggal tentang Allah.
Menurut jenisnya, ada Mazmur Perorangan, Mazmur Raja, Mazmur Jemaat, Mazmur Pengajaran. Mazmur 50 tergolong pada jenis Mazmur Pengajaran.

Khotbah : Persembahan Syukur sebagai tanda Jujur Jalanku

Bulan September adalah bulan syukur bagi kita anggota Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), sebab nanti tanggal 30 September kita akan merayakan Hari Ulang Tahun GMIM Bersinode. Tahun ini adalah tahun istimewa, sebab genap 75 tahun GMIM berada, pergi dan berbuat. Bahasa keren yang dipakai untuk merayakan hari ini adalah “GMIM Berlian”. Tentu saja kita semua patut bersyukur dengan mengagungkan kemuliaan-Nya. Dasar mengapa dan bagaimana kita bersyukur telah dan terus diajar-ajarkan oleh Gereja kepada kita yaitu yang bersumber dari kesaksian Alkitab. Oleh sebab itu, marilah kita ikuti salah satu bagian Alkitab yang menjadi sumber segala pengajaran gereja itu dan karenanya menjadi Firman Allah bagi kita gereja di masa kini.

Sebagai salah satu mazmur yang tergolong pada jenis mazmur pengajaran, maka bagian Alkitab ini paling kurang mengajarkan 4 hal. Pertama, Allah itu Mahakuasa, Dia adalah Hakim (ayat 1-6). Kemahakuasaan-Nya nyata dalam hal Ia yang menciptakan langit dan bumi, benda-benda penerang seperti matahari. Sebagai Hakim, Ia memberi keadilan kepada segenap ciptaan-Nya. Kedua, Ia memanggil umat-Nya karena punya Dialah segala yang kita (manusia) miliki (ayat 7-15). “sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya.” Tidak ada satu makhlukpun yang tidak dikenalnya. Ia mengenal segala makhluk. Karena itu bila umat memberi korban bakaran berupa binatang, maka itu dilakukan bukan untuk ‘mengambil hati-Nya’ atau bukan untuk membujuk-Nya, melainkan untuk menggenapi nazar/janji kepada-Nya. Ketiga, bagi orang fasik yang kerjanya menyelidiki ketetapan-Nya tetapi yang melupakan-Nya (karena apa yang ditelitinya, tidak dilakukannya), maka mereka akan dihukum (ayat 16-22). Dengan kata lain, orang fasik hanyalah mencari-cari kesalahan. “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku?” (ayat 16-17). Keempat, penegasan tentang hal memberi persembahan. Siapa yang melakukannya, ia memuliakan-Nya. “siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya” (ayat 23).

Jadi, mempersembahkan syukur kepada Allah adalah hakikat kita umat-Nya. Kita melakukannya karena memang hanya Dialah yang patut menerima segala syukur kita. Kita bersyukur karena Dialah Pencipta dan Pemelihara kita dan segala ciptaan lainnya. Kita bersyukur bukan karena kita bisa, bukan karena kita mampu, bukan karena kita berjasa, tetapi karena Dia memperkenankan kita hidup, berkarya dan berjuang menurut ketetapan-ketetapan-Nya. Firman Tuhan : “ … sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya” (ayat 12b). Umat Israel adalah umat perjanjian. Mereka telah mengikat perjanjian dengan bernazar atau berjanji. Allah berjanji untuk tetap setia, Allah akan tetap menjadi Allah umat Israel, dan Israel akan tetap menjadi umat perjanjian dnegan antara lain senantiasa mempersembahkan korban kepada-Nya. Mempersembahkan sesuatu kepada-Nya bukan untuk mengambil hati-Nya atau membujuk-Nya, tetapi karena Ia telah lebih dulu berbuat baik atau berbuat selamat bagi umat.

Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa di antara umat Allah ada orang-orang yang disebut fasik. Ciri-ciri dari orang fasik ialah : menyelidiki ketetapan Tuhan dan menyebut perjanjian Tuhan dengan mulutnya, membenci teguran, mengesampingkan firman Tuhan, berkawan dengan pencuri, bergaul dengan orang berzinah, mengucapkan yang jahat dengan tipu daya, mengata-ngatai saudara, memfitnah, menyangka sederajat dengan Tuhan. Orang-orang seperti ini diberi perigatan oleh Tuhan. Artinya Tuhan tetap setia dengan perjanjian-Nya, Ia memberi peringatan agar agar mereka tidak “diterkam”.
Kesimpulan dari bagian Alkitab ini ialah ayat 23 : siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Tuhan, siapa yang jujur jalannya, keselamatan dari Allah akan diperlihatkan-Nya kepadanya.

Dalam kesempatan ini, saya mengajak kita merefleksikan dua kata penting di sini yaitu kata JUJUR JALANNYA. Hubungan antara mempersembahkan syukur sebagai korban haruslah dilakukan dalam kejujuran. Jujur dalam mengakui Tuhan, Jujur dalam memberi persembahan dalam bentuk apapun, Jujur dalam tujuan memberi persembahan. Hanya dengan alasan, cara dan tujuan yang jujur, maka persembahan yang diberikan akan berbuahkan keberlanjutan kehidupan.

Semoga, Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) terus menjadi Gereja yang Jujur Jalannya. Amin


Materi Diskusi
Apa motivasi atau alasan kita memberi persembahan dalam ibadah-ibadah kita ?
Bagaimana pendapatmu dengan adanya beberapa pundi atau kotak persembahan ?
Apa yang anda mengerti dan lakukan dengan ungkapan “Jujur Jalannya” baik untuk pribadimu sendiri, keluargamu, gereja dan masyarakat ?
Menjelang 75 tahun GMIM Bersinode, apa artinya mempersembahkan syukur dalam kejujuran?

ImplementasiWanita/Kaum Ibu Gereja menjadi panutan dalam mempersembahkan seluruh hidupnya sebagai syukur kepada Tuhan. Diperlukan evaluasi bersama tentang untuk apa memberi derma, bagaimana cara atau bentuknya: mengapa ada berbagai pundi/kotak persembahan dan bagaimana pengelolaannya?
Renungan Pemberdayaan W/KI GMIM
Edisi Juni – Juli 2009
27 Juli 2009

Imamat 24 : 10-23

Latar Belakang Naskah
Dari nama kitab yaitu Imamat kita sudah dapat mengetahui bahwa isi kitab ini adalah tentang imam-imam. Siapa imam-imam itu ? Nama kitab Imamat dalam bahasa Ibrani selaku bahasa aslinya ialah Leviticus. Dari nama ini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan imam-imam ialah orang-orang dari keturunan kaum Lewi. Lewi adalah salah seorang anak Yakub yang mempunyai tugas khusus dalam Bait Allah atau Kemah Suci. Salah seorang keurunan Lewi yaitu Harun dan keturunannya mendapat tugas khusus yaitu sebagai Imam. Sedangkan keturunan lainnya membantu tugas-tugas imam ini. Namun demikian, kitab ini berisi tentang bagaimana umat Israel harus hidup kudus. Kudus berarti dikhususkan atau disendirikan untuk maksud keagamaan. Kata ini sering juga diartikan sama dengan suci dan tahir. Mengapa umat harus hidup kudus ? Karena Tuhan Allah adalah Kudus (lihat pasal 19:2). Sebagai umat Allah, Israel harus hidup kudus. Dengan kata lain, kitab Imamat berisi Hukum-Hukum yang mengantar umat untuk hidup kudus. Pasal 24 :10-23 adalah salah satu bagian yang berbicara tentang Hukum Kesucian ( pasal 17-27).

Khotbah: Jangan Menghujat Nama Tuhan

Di dalam masyarakat Israel ada ketentuan hukum yakni setiap orang yang mengutuki Allah, harus menanggung kesalahannya sendiri yaitu dihukum mati. Demikian juga, bila ada orang yang membunuh seseorang ia harus dihukum mati. Pendek kata setiap perbuatan tidak baik akan berakibat tidak baik pula bagi yang melakukannya. Nah, menghujat nama Tuhan dengan mengutuk adalah sama dengan perbuatan membunuh. Karena itu, menghujat nama Tuhan harus dihukum mati.
Tentu, kita sebagai orang Kristen bertanya apakah memang ini dikehendaki oleh Tuhan ? Bukankah Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia ? Apakah menghukum seseorang yang bersalah adalah urusan agama atau gereja ?
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab dengan melihat mengapa ketentuan hukum ini ada. Dalam latar belakang naskah telah jelas disebutkan bahwa hukum ini ada untuk memelihara kekudusan hidup umat. Bangsa Isreal sebagai umat pilihan Tuhan haruslah hidup sesuai dengan kehendak Tuhan yaitu antara lain jangan menghujat nama Tuhan dan jangan membunuh. Tentu kita teringat akan Sepuluh Hukum Tuhan. Ada dua hukum yang berkaitan dengan bagian ini yaitu hukum ketiga dan keenam. Hukum ketiga ialah jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan (Keluaran 20:7) dan hukum keenam ialah jangan membunuh (Keluaran 20:13).

Bila kita memperhatikan kedua hukum ini sepertinya berlawanan. Sebab memang tidak boleh menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, apalagi menghujat-Nya, Namun ada juga hukum yang melarang untuk membunuh.
Nah … dalam konteks pembacaan kita hari ini sesuai dengan konteksnya waktu itu yaitu bahwa yang menghujat nama Tuhan dan yang melakukan pembunuhan haruslah dibunuh, haruslah dimengerti dalam kaitan dengan menjaga kekudusan hidup umat sebagai umat pilihan Tuhan. Atau dengan kata lain, hukum ini adalah tanda ketaaatan umat kepada kehendak Allah yang menginginkan agar umat hidup kudus. Allah menghendaki agar hubungan Umat dengan Tuhan tetap terpelihara dengan baik. Tidak menghujat apalagi mengutuk Tuhan adalah tanda dari hidup bersama Tuhan, tanda menghormati dan penyembahan kepada-Nya. Tidak membunuh sesama adalah tanda bahwa umat menghargai hak hidup sesamanya bahkan mengormati pencipta-Nya. Pendeka kata, bagian alkitab ini hendak mengingatkan umat Israel untuk terus menjadi umat kepunyaan Allah yang setia mengikuti segala ketentuan hidup.

Bila bagian alkitab ini dihubungkan dengan kasih Allah di dalam Yesus Kristus, maka justru Dia (Yesus) telah menyerahkan diri-Nya yang tak bersalah dibunuh hanya karena mau menanggung segala dosa manusia dan dunia ini. Kematian Yesus adalah tanda kasih-Nya untuk keselamatan kita manusia bakhan dunia ini. Jadi, kalau dalam pembacaan kita tadi, hal membunuh dibolehkan karena orang yang bersalah, maka Yesus rela dibunuh karena dosa kita.

Oleh sebab itu, bagi kita orang Kristen masa kini diingatkan untuk pertama, menghormati nama Tuhan, jangan menyebutnya dengan sembarangan. Misalnya, jangan memakai nama Tuhan untuk menutupi kesalahan kita, jangan menggunakan nama Tuhan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi yang tidak wajar dengan mengorbankan kepentingan dan kebenaran banyak orang. Kedua, menghormati hak-hak hidup setiap orang meskipun orang itu tidak kita sukai atau tidak menyukai kita, jangan ada dendam yang berakibat pada upaya-upaya menghilangkan nyawa seseorang. Sebab pembalasan adalah hak Tuhan. Memang, dalam hidup berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, ada berbagai ketentuan hukum yang melindungi hak-hak hidup orang. Ada pula ketentuan hukum bagi yang melanggar hukum. Biarlah para penegak hukum yang akan melaksanakannya, bukan sembarangan orang. Sangat menarik kasus yanng baru saja terjadi di daerah kita ini. Terjadi pembunuhan sadis bagi suami-isteri hamba Tuhan di Malalayang pada akhir bulan April 2009. Dalam situasi berduka, keluarga yang ditinggalkan memberi pernyataan bahwa mereka mengampuni orang yang membunuh orangtua mereka. Lalu, kita mendengar pula pihak kepolisian mengatakan bahwa meskipun keluarga telah mengampuni pembunuhnya, tetapi proses hukum tetap dilakukan.

Tuhan menghendaki agar hubungan kita dengan-Nya tetap baik, demikian juga dengan sama kita. Kedua bentuk hubungan ini dirangkaum dalah satu firman yaitu Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu. Dan Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Amin.

Materi Diskusi
1. Salah satu bentuk pembunuhan ialah pembunuhan karakter. Pembunuhan karakter dapat terjadi antara lain dalam cara kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan suami terhadap isteri atau sebaliknya, orang tua terhadap anak. Berikan pendapat kita.
2. Bila ada orang yang berbuat salah kepada kita bahkan membunuh orang yang dekat dengan kita, apa yang akan kita lakukan kepada orang yang berbuat salah bahkan yang memunuh itu ?
3. Bagaimana seharusnya pemberitaan gereja dan misi gereja menghadapi kejahatan menghujat nama Tuhan dan yang melakukan pembunuhan ?

Implementasi
Wanita/Kaum Ibu atau kaum perempuan gereja perlu mengetahui dengan jelas apa itu hak-haknya sebagai isteri dan ibu dalam rumah tangganya. Sehingga tidak mudah dipermainkan oleh suami dan juga tidak mudah melakukan kekerasan terhadap anak. Diperlukan pengenalan tentang UU Anti KDRT.
Renungan Pemberdayaan W/KI GMIM
Edisi April – Mei 2009
Minggu ke-4, 24 Mei 2009

Bilangan 10 : 1-10

Latar Belakang Naskah
Kitab Bilangan secara umum berisi berbagai cerita dan hukum atau peraturan yaitu bagaimana umat Israel hidup dan tentang keimaman. Keimaman artinya tentang peran para imam yaitu sebagai perantara antara umat Israel dengan Tuhan Allah. Di antara umat Israel yang dikaruniai tugas untuk menjadi Imam berasal keturunan Lewi yaitu Harun dan keturunannya. Pasal 10:1-10 adalah merupakan tambahan hukum dalam mana para Imam yaitu anak-anak imam Harun berperan. Hukum dan keimaman bagi umat Isreal yang berada dalam perjalanannya di padang gurun memerlukan ketentuan bersama yang harus dipatuhi. Bila tidak ikut ketentuan, maka ‘bahaya’ yang dihadapi akan tidak dapat diatasi.

Khotbah : Dipanggil dan Diutus

Bersama-sama dengan orang Kristen sedunia, kita baru saja merayakan Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga pada hari Kamis, 21 Mei 2009. GMIM menetapkan hari Kenaikan sebagai Hari Persatuan Wanita/Kaum Ibu GMIM (sebagaimana juga hari-hari raya gereja lainnya seperti hari Pentakosta ditetapkan sebagai hari Persatuan Pria/Kaum Bapa). Kita juga sebagai bagian dari anggota Persekutuan gereja-Gereja di Indonesia akan merayakan tanggal 25 Mei (besok) sebagai hari Ekumene Indonesia. Karena itu, tepat sekali pembacaan kita tadi yang saya beri tema : Dipanggil dan Diutus.

Pembacaan kita tadi berisi cerita tentang peran alat tiup Nafiri untuk memanggil umat berkumpul dan untuk menyuruh laskar-laskar berangkat menghadapi segala gangguan keamanan perjalanan umat Israel di padang gurun. Alat tiup Nafiri ini sangat penting untuk memberi ‘aba-aba’ atau perintah atau komando. Sebab itu, ada aturannya pula bagaimana meniupnya untuk setiap jenis. Maksudnya yaitu untuk memanggil berkumpul dan untuk menyuruh pergi. Nafiri ditiup pada saat mempersembahkan korban-korban bakaran dan korban keselamatan. Demikian juga, ada aturan tentang yang meniupnya hanyalah anak-anak imam Harun. Mengapa demikian ? Supaya mereka diingat di hadapan Tuhan Allah dan diselamatkan dari musuh-musuh.
Nah, bila hanya membaca sepintas, kelihatannya bacaan kita ini hanya bercerita tentang hal yang kecil dan yang terjadi di masa lampau dalam konteks atau situasi umat Israel yang jelas-jelas sedang dalam perjalanan dan menghadapi musuh.
Sesungguhnya, bila kita membaca lebih lama dan lebih cermat, maka kita mendapatkan kekayaan firman Tuhan dari dalamnya untuk kehidupan kita jemaat pada umumnya dan kaum ibu/kaum perempuan pada khususnya. Pesan firman pembacaan ini bagi kita di masa kini ialah apapun yang kita hendak lakukan ada dalam pengetahuan atau ingatan Tuhan agar umat hidup selamat, karena itu lakukanlah segala sesuatu menurut kehendak-Nya.
Bukankah kita sebagai orang kristen/kaum perempuan kristen di masa kini juga sedang dalam perjalanan dan sedang berjuang mengisi kehidupan di jaman yang makin rumit ini ? Bukankah kita kaum perempuan kristen menghadapi banyak persoalan kehidupan seperti a.l. terjadinya banyak kekerasan terhadap kaum perempuan baik di dalam rumah tangganya maupun di tempat kerjanya? Juga banyak perempuan yang harus terkena penyakit yang sulit disembuhkan seperti HIV/AIDS karena ulah pasangan hidupnya atau karena hal-hal di luar kehendaknya sendiri ? Juga banyak perempuan yang harus membanting tulang bekerja (baik di dalam rumahnya maupun di tempat bekerja) tanpa ada kesempatan untuk mengurus dirinya sendiri sehingga perempuan ini bukan hanya berperan ganda tetapi berbeban ganda; banyak perempuan hanya tahu kewajibannya tanpa tahu dan menikmati hak-haknya ? Nah, kalau kita semua menyadari kenyataan pergumulan kita bersama maka kita sama dengan umat Israel seperti yang kita baca tadi yaitu berada dalam perjalanan dan perjuangan.





Lonceng gereja adalah salah satu alat penting dalam kehidupan beriman kita. Lonceng ini berfungsi memanggil jemaat untuk berkumpul beribadah. Beribadah dalam banyak bentuk dan tak terbatas hanya di gedung gereja. Berkumpul untuk beribadah untuk mendengar suara Allah, suara kasih, firman kehidupan. Pada akhir setiap ibadah, kita diutus untuk pergi dan berbuat. Kita mendapat berkat untuk pergi dan berbuat menyalurkan berkat Tuhan itu. Dengan kata lain, bila kita berkumpul atau bersekutu (koinonia), kita bersaksi (memberitakan atau marturia) tentang kehendak Tuhan dan pada gilirannya kita diutus untuk melakukan apa yang kita saksikan (diakonia). Kita melakukannya karena Tuhan bersama kita, Tuhan menyelamatkan kita. Jadi, berkumpul, bertemu, bersekutu adalah strategi pelayanan kita menjadi berkat. Kita berkumpul, bukan sekedar berkumpul tetapi untuk pergi. Atas dasar firman ini maka tugas kita masing-masing dan bersama-sama untuk mengatasi berbagai masalah hidup kita. Berkumpul atau lebih tepat beribadah agar kita dapat menjawab dan mengatasi kesulitan-kesulitan hidup kita : kita bicarakan bersama, kita cari bersama asal-usul atau penyebab masalah lalu kita cari jalan keluar bersama. Bila ada di antara kita yang tidak mengalami kesulitan : bantulah mereka yang kesulitan. Beribadah berarti menumbuhkan rasa solidaritas atau setia kawan di antara kita : yang lebih membantu yang kurang, yang susah dibantu oleh yang tidak susah, yang kaya membantu yang miskin. Amin.

Materi Diskusi : pilih salah satu bila waktu terbatas.
1. Marilah kita evaluasi tentang segala kegiatan kita dalam Komisi Wanita/Kaum Ibu : apakah artinya kita berkumpul atau beribadah ? apakah kita membicarakan masalah-masalah kita untuk mencari jalan keluar bersama ?
2. Mengapa kita beribadah dalam kelompok Komisi Wanita/Kaum Ibu : ceritakan pengalaman kita, apa yang kita dapat dalam ibadah-ibadah kita, apakah dengan mengikuti ibadah kita mendapat ‘pedoman’ untuk mengatasi masalah kita ?
3. Bila ada di antara kita yang mengalami masalah kesehatan seperti HIV/AIDS atau kekerasan dalam rumah tangga : apa yang dapat kita lakukan bersama ?

Implementasi /penerapan dalam kegiatan nyata
- Wanita/Kaum Ibu perlu mengetahui hak-hak hidup termasuk berkarya sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia. Agar ada keseimbangan antara kewajibannya dan hak-haknya.
3. Renungan Pemberdayaan W/KI GMIM
Bina Ibu edisi Des 08-Jan09
Minggu 3 Januari 2009

Kejadian 26: 1-35 : Hidup adalah Perjuangan

Kita sedang menghirup udara tahun baru di minggu ketiga. Tentu segala kesibukan yang rutin telah mulai berjalan normal. Sebab, biasanya pada minggu pertama dan kedua, ada orang yang masih malas kerja, masih ingin menikmati libur natal dan tahun baru. Padahal tahun ini memerlukan orang-orang yang bukan hanya sehat dan kuat, melainkan juga orang yang rajin, tekun dan disiplin. Nah… pembacaan Alkitab kita ini menceritakan tentang :
1. Ishak yang harus pindah ke Gerar karena kelaparan di negeri asalnya. Di tempat yang baru ini (Gerar), Tuhan berfirman kepada Ishak. Isi Firman itu ialah pernyataan Tuhan Allah bahwa Ia akan menyertai dan memberkatinya dengan negeri tempat kediamannya dan dengan banyak keturunan. Dari keturunannya semua bangsa akan mendapat berkat. Mengapa Tuhan melakukan ini ? karena Tuhan mengingat ayahnya Ishak yaitu Abraham yang telah setia melakukan kehendak-Nya.
2. Ishak adalah seorang yang bertindak hati-hati. Ia kuatir kalau-kalau ia dibunuh bila orang mengetahui bahwa Ribka yang cantik itu adalah isterinya. Untuk itu ia tidak berterus terang bahwa Ribka adalah isterinya, melainkan saudaranya.
3. Ishak bekerja sebagai petani dan mendapatkan hasilnya seratus kali lipat. Ia diberkati oleh Tuhan. Makin lama ia makin kaya. Kekayaannya ini membuat orang Gerar/Filistin cemburu dan karena itu maka ia disuruh keluar dari Gerar.
4. Ishak berpindah tempat dan menetap di lembah Gerar. Tanah Gerar adalah tanah yang pernah ditempati oleh ayahnya Abraham. Pada zaman ayahnya banyak sumur yang digali. Tetapi sayang, sumur-sumur ini telah ditutup oleh orang Filistin. Saat Ishak berada di lembah Gerar, ia menggali kembali sumur-sumur itu. Ternyata di sumur-sumur itu terdapat banyak mata air yang sangat diperlukan oleh para gembala. Sempat terjadi pertengkaran di antara gembala Ishak dengan gembala orang Gerar.
5. Dari Gerar, ia berpindah ke Bersyeba. Di tempat ini Tuhan menampakkan diri dan berfirman agar ia tidak takut. Tuhan akan menyertai dan memberkatinya serta memberikan keturunan yang banyak. Ishak membuat mezbah dan memasang tenda di situ tempat tinggalnya dan para hambanya . Di tempat ini mereka menggali sumur.
6. Melihat keberhasilan Ishak yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, datanglah Abimelekh dari Gerar dan rombongannya menemuinya. Ishak menyambut mereka dengan mengatakan : bukankah kamu membenci aku dan menyuruh aku keluar dari tanahmu ? Ternyata kedatangan mereka karena mereka melihat bahwa Tuhan menyertainya. Mereka ingin mengikat perjanjian dengannya. Isi perjanjian itu ialah agar satu sama lain tidak berbuat jahat, tidak saling mengganggu. Akhirnya Ishak menjamu mereka.
Cerita ini hendak menyampaikan beberapa hal kepada kita yaitu :
1. Apa yang diimani Ishak adalah buah atau hasil didikan orangtuanya. Abraham telah berhasil menanamkan iman kepada Allah bagi anaknya. Sebab itu, setiap kali Allah berfirman kepada Ishak, nama ayahnya Abraham disebutkan. Bahwa Allah Abraham adalah juga Allah-nya Ishak. Dia itulah yang menyertai, memberkati, memberikan keturunan, memberi hasil yang berlipat ganda. Ketaatan Abraham menjadi dasar Allah memberi perhatian kepada Ishak. Ternyata Allah itu setia dengan janji-Nya. Ia dengan firman-Nya selalu ada bersama dan untuk Ishak.
2. Bagi Ishak, keluarga adalah hal yang utama. Untuk itu ia tidak mau kalau ia binasa hanya karena tidak trampil membawa diri. Ia sangat menjaga keharmonisan hubungan dengan orang lain. Saat disuruh keluar dari kampung Gerar, ia ikut saja. Namun pada saat ada kunjungan Abimelekh yang telah menyuruhnya keluar kampung, ia tidak dendam tetapi sebaliknya ia akhirnya menjamu mereka.
3. Ishak adalah contoh seorang yang selalu siap menghadapi kenyataan bahwa ia harus perpindah-pindah tempat. Ishak adalah sosok yang tidak mau ribut dengan orang lain. Ia lebih memilih pindah tempat untuk memulai dan membangun kehidupannya yang lebih baik. Ia adalah seorang pekerja keras dan ulet, seorang petani yang rajin serta kreatif. Menggali sumur adalah salah satu tanda bahwa ia ingin terus hidup dan menghidupkan. Air yang banyak sangat dibutuhkan dalam pertanian terutama untuk hewan peliharaan yang membantu kelancaran pekerjaan bertani.
4. Keturunan Ishak menjadi berkat bagi semua kaum di bumi. Keberadaan keluarga besarnya di manapun berada akan menjadi berkat. Jadi, mereka mendapat berkat untuk menjadi berkat bagi orang lain atau bagi siapa saja yang mereka jumpai.
Inilah pelajaran berharga bagi kita yang hidup sudah berpindah di tahun baru dan sedang menikmati kehidupan di tahun baru dengan segala kesempatan dan tantangan yang harus dihadapi. Percaya dan mempercayakan diri kepada-Nya adalah modal dasar melanjutkan hidup di tahun baru ini. Dialah Tuhan atas sejarah hidup kita sampai sekarang dan untuk seterusnya. Sebagai wujud penerimaan dan syukur kita di tahun baru ini ialah menjaga keharmonisan keluarga dan tetangga/jemaat/masyarakat. Agar keberlanjutan hidup yang sejahtera, maka kerja keras dan setia serta disiplin ditumbuh-kembangkan. Hidup ini harus diperjuangkan menurut maksud Tuhan. Hidup ini sebagai berkat Allah, dan karena bertanggungjawab menjadi berkat bagi orang lain atau siapa saja. Semoga Tuhan menolong kita. Amin

Pertanyaan :
1. Apa pendapat kita tentang Ishak yang tidak terus terang mengatakan bahwa Ribka adalah isterinya melainkan saudaranya ?
2. Apa tekad kita (pribadi dan persekutuan Wanita/Kaum Ibu) memasuki tahun baru ini ?
Renungan Pemberdayaan W/KI GMIM
Bina Ibu edisi Des 08-Jan09
Minggu 3 Januari 2009

Kejadian 26: 1-35 : Hidup adalah Perjuangan

Kita sedang menghirup udara tahun baru di minggu ketiga. Tentu segala kesibukan yang rutin telah mulai berjalan normal. Sebab, biasanya pada minggu pertama dan kedua, ada orang yang masih malas kerja, masih ingin menikmati libur natal dan tahun baru. Padahal tahun ini memerlukan orang-orang yang bukan hanya sehat dan kuat, melainkan juga orang yang rajin, tekun dan disiplin. Nah… pembacaan Alkitab kita ini menceritakan tentang :
1. Ishak yang harus pindah ke Gerar karena kelaparan di negeri asalnya. Di tempat yang baru ini (Gerar), Tuhan berfirman kepada Ishak. Isi Firman itu ialah pernyataan Tuhan Allah bahwa Ia akan menyertai dan memberkatinya dengan negeri tempat kediamannya dan dengan banyak keturunan. Dari keturunannya semua bangsa akan mendapat berkat. Mengapa Tuhan melakukan ini ? karena Tuhan mengingat ayahnya Ishak yaitu Abraham yang telah setia melakukan kehendak-Nya.
2. Ishak adalah seorang yang bertindak hati-hati. Ia kuatir kalau-kalau ia dibunuh bila orang mengetahui bahwa Ribka yang cantik itu adalah isterinya. Untuk itu ia tidak berterus terang bahwa Ribka adalah isterinya, melainkan saudaranya.
3. Ishak bekerja sebagai petani dan mendapatkan hasilnya seratus kali lipat. Ia diberkati oleh Tuhan. Makin lama ia makin kaya. Kekayaannya ini membuat orang Gerar/Filistin cemburu dan karena itu maka ia disuruh keluar dari Gerar.
4. Ishak berpindah tempat dan menetap di lembah Gerar. Tanah Gerar adalah tanah yang pernah ditempati oleh ayahnya Abraham. Pada zaman ayahnya banyak sumur yang digali. Tetapi sayang, sumur-sumur ini telah ditutup oleh orang Filistin. Saat Ishak berada di lembah Gerar, ia menggali kembali sumur-sumur itu. Ternyata di sumur-sumur itu terdapat banyak mata air yang sangat diperlukan oleh para gembala. Sempat terjadi pertengkaran di antara gembala Ishak dengan gembala orang Gerar.
5. Dari Gerar, ia berpindah ke Bersyeba. Di tempat ini Tuhan menampakkan diri dan berfirman agar ia tidak takut. Tuhan akan menyertai dan memberkatinya serta memberikan keturunan yang banyak. Ishak membuat mezbah dan memasang tenda di situ tempat tinggalnya dan para hambanya . Di tempat ini mereka menggali sumur.
6. Melihat keberhasilan Ishak yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, datanglah Abimelekh dari Gerar dan rombongannya menemuinya. Ishak menyambut mereka dengan mengatakan : bukankah kamu membenci aku dan menyuruh aku keluar dari tanahmu ? Ternyata kedatangan mereka karena mereka melihat bahwa Tuhan menyertainya. Mereka ingin mengikat perjanjian dengannya. Isi perjanjian itu ialah agar satu sama lain tidak berbuat jahat, tidak saling mengganggu. Akhirnya Ishak menjamu mereka.
Cerita ini hendak menyampaikan beberapa hal kepada kita yaitu :
1. Apa yang diimani Ishak adalah buah atau hasil didikan orangtuanya. Abraham telah berhasil menanamkan iman kepada Allah bagi anaknya. Sebab itu, setiap kali Allah berfirman kepada Ishak, nama ayahnya Abraham disebutkan. Bahwa Allah Abraham adalah juga Allah-nya Ishak. Dia itulah yang menyertai, memberkati, memberikan keturunan, memberi hasil yang berlipat ganda. Ketaatan Abraham menjadi dasar Allah memberi perhatian kepada Ishak. Ternyata Allah itu setia dengan janji-Nya. Ia dengan firman-Nya selalu ada bersama dan untuk Ishak.
2. Bagi Ishak, keluarga adalah hal yang utama. Untuk itu ia tidak mau kalau ia binasa hanya karena tidak trampil membawa diri. Ia sangat menjaga keharmonisan hubungan dengan orang lain. Saat disuruh keluar dari kampung Gerar, ia ikut saja. Namun pada saat ada kunjungan Abimelekh yang telah menyuruhnya keluar kampung, ia tidak dendam tetapi sebaliknya ia akhirnya menjamu mereka.
3. Ishak adalah contoh seorang yang selalu siap menghadapi kenyataan bahwa ia harus perpindah-pindah tempat. Ishak adalah sosok yang tidak mau ribut dengan orang lain. Ia lebih memilih pindah tempat untuk memulai dan membangun kehidupannya yang lebih baik. Ia adalah seorang pekerja keras dan ulet, seorang petani yang rajin serta kreatif. Menggali sumur adalah salah satu tanda bahwa ia ingin terus hidup dan menghidupkan. Air yang banyak sangat dibutuhkan dalam pertanian terutama untuk hewan peliharaan yang membantu kelancaran pekerjaan bertani.
4. Keturunan Ishak menjadi berkat bagi semua kaum di bumi. Keberadaan keluarga besarnya di manapun berada akan menjadi berkat. Jadi, mereka mendapat berkat untuk menjadi berkat bagi orang lain atau bagi siapa saja yang mereka jumpai.
Inilah pelajaran berharga bagi kita yang hidup sudah berpindah di tahun baru dan sedang menikmati kehidupan di tahun baru dengan segala kesempatan dan tantangan yang harus dihadapi. Percaya dan mempercayakan diri kepada-Nya adalah modal dasar melanjutkan hidup di tahun baru ini. Dialah Tuhan atas sejarah hidup kita sampai sekarang dan untuk seterusnya. Sebagai wujud penerimaan dan syukur kita di tahun baru ini ialah menjaga keharmonisan keluarga dan tetangga/jemaat/masyarakat. Agar keberlanjutan hidup yang sejahtera, maka kerja keras dan setia serta disiplin ditumbuh-kembangkan. Hidup ini harus diperjuangkan menurut maksud Tuhan. Hidup ini sebagai berkat Allah, dan karena bertanggungjawab menjadi berkat bagi orang lain atau siapa saja. Semoga Tuhan menolong kita. Amin

Pertanyaan :
1. Apa pendapat kita tentang Ishak yang tidak terus terang mengatakan bahwa Ribka adalah isterinya melainkan saudaranya ?
2. Apa tekad kita (pribadi dan persekutuan Wanita/Kaum Ibu) memasuki tahun baru ini ?
Renungan Pemberdayaan W/KI GMIM
Edisi Oktober – November 2008.
Minggu ke-4, 23 November 2008

Ayub 9 : 1-20 : Kebenaran hanya ada pada Allah

Pada akhir-akhir ini, banyak kejadian dan peristiwa yang menambah kerumitan dari permasalahan bangsa kita. Peristiwa bencana ‘alam’ terus terjadi yang makin memiskinkan sumberdaya manusia dan alam. Tentang bencana ini, dapat kita cari penyebabnya. Ada dua kemungkinan besar. Pertama, manusia sendiri yang menyebabkannya atau karena ulah manusia seperti a.l. membabat hutan, tidak awas dengan api. Kedua, peristiwa alam seperti gempa bumi, gunung meletus. Jelaslah bagi kita, apa yang hendak kita lakukan dengan dua penyebab ini. Pertama, harus ada program menanam kembali pohon-pohon di area hutan, penghijauan di sekitar kampung, waspada dengan listrik dan kompor. Kedua, kita bergumul dalam doa agar tidak ada korban manusia dan ada kesempatan untuk membangun kembali. Nah… kalau bencana seperti ini yang biasa kita kenal dengan bencana alam, semua kita diajak untuk berbenah diri di antara kita, dengan alam dan dengan Tuhan.

Di lain pihak, ada peristiwa/kejadian yang terjadi karena permasalahan kemanusiaan di antara kita. Hal ini kita kenal dengan istilah permasalahan sosial yang dapat juga menjadi penyakit masyarakat seperti terjadinya perseteruan antar anak sekolah, antar kampung, antar kelompok kepentingan. Terjadinya dualisme, perpisahan bahkan perpecahan dan penghilangan. Dalam situasi seperti ini, setiap orang yang terlibat, dapat saling membenarkan dan saling menyalahkan. Dari mana akar masalahnya, sering sulit untuk ditemukan, apalagi bila sudah terlalu lama permasalahan itu tak kunjung diselesaikan. Bagaimana seharusnya kita menyelesaikannya, marilah kita simak baik-baik akan pengalaman hidup Ayub, khususnya pembacaan kita tadi.

Ayub dalam pergumulan hidupnya yang terpuruk dalam segala segi, ia bergulat dengan kediriannya. Meskipun sahabat-sahabatnya mempedulikan dia dengan berbagai nasihat dan ajakan untuk mempersalahkan Tuhan, namun Ia tetap berpendirian teguh. Keteguhan pendiriannya ialah ia tidak mudah dirayu bahkan dihasut oleh sahabat-sahabatnya itu. Ia punya pemahaman tentang apa itu hidup. Untuk itu ia mempertanyakan dan membawa kediriannya di hadapan Tuhan Allah. Dari perenungan dan pergulatan batinnya melahirkan semacam pemahaman dan pengakuan iman tentang siapa Tuhan itu.

Ayat 4-10 menjelaskan siapa Tuhan menurut Ayub. Allah itu bijak dan kuat. Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu yang ada di muka bumi ini. Gunung, bumi, langit, matahari, bintang, gelombang laut ada dalam tangan kuasa kasih-Nya. Ayat 10: Tuhan melakukan perbuatan- perbuatan besar yang tidak terduga dan keajaiban-keajaiban yang tidak terbilang banyaknya. Ayat 11- 14 mengemukakan tentang cara kerja-Nya yang tak terlihat, sehingga tak mungkin manusia memberi respon entah positif apalagi negatif atau membantahnya. Ayat 15- 20 merupakan kesimpulan dari pemahaman dan pengakuan iman Ayub. Bahwa apa yang dianggap benar oleh manusia, belum tentu itu benar bagi Dia. Paham dan pengakuan ini yang mengantar cerita tentang penderitaan Ayub berkepanjangan sampai-sampai hampir habis. Tetapi, syukurlah cerita tentang Ayub berakhir dengan dikembalikan-Nya kekayaan dengan segala kebahagiaan kepadanya.

Dari bacaan kita ini, kita dapat belajar tentang bagaimana mengatasi masalah bila itu datang menimpa kita. Memang, kalau masalah yang kita alami hanyalah masalah pribadi, kita dapat mengatasinya seperti Ayub. Tetapi, bila masalah kita merupakan masalah antar pribadi dan kelompok, maka norma-norma masyarakat seperti yang tertuang dalam Undang-Undang atau Peraturan-Peraturan wajib dilalui. Lalu, apa artinya paham dan pengakuan Ayub ini? Paham dan pengakuan Ayub menjadi roh atau semangat atau jiwa dalam menjalani norma-norma umum itu. Hal seperti ini yang sering terlontar dalam benak dan mulut kita yaitu ‘mari torang cari keadilan dan kebenaran menurut ketentuan negara. Tetapi, biarlah kehendak Tuhan yang jadi, bukan kehendak kami’. Mungkin memang kita benar, tetapi Tuhan mempunyai cara-Nya sendiri untuk menyatakan kebenaran itu. Mungkin memang jalan menuju kebenaran harus diuji dulu : apakah benar kita benar. Untuk itu, belajarlah dari Ayub yang tetap teguh dalam pendirian di tengah penderitaannya, tetap setia kepada Tuhan, tetap menghormati dan memuliakan Tuhan.
Amin.


Pertanyaan untuk diskusi :
Ceritakanlah pengalaman ibu tentang pergumulan berat yang tetap membuat ibu setia dan kuat mengikuti Tuhan.
Pernahkah ibu tahu tentang seseorang yang karena pergumulan berat yang akhirnya mengantar dia menjadi tidak setia dan tidak kuat mengikut Tuhan ? Kira-kira apa alasannya?
Apa artinya bagi komisi Wanita/Kaum Ibu tentang tema renungan ini : Kebenaran hanya ada pada Allah ?