Selasa, 27 Juni 2017

Renungan BIna Ibu, minggu 4 September 2008

Renungan Pemberdayaan W/KI
edisi Agustus-September 2008
minggu ke-4 September 2008
                                                               Mazmur 101: 1-8
                                                 Berjanji berarti kita berhutang kepada-Nya
Pada tanggal 30 September 2008 ini, Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) yaitu saudara-saudara dan saya memperingati komitmen atau janji kita bersama untuk melaksanakan kehendak yang Tuhan Allah berikan yaitu melanjutkan tugas memberitakan Injil di dalam dan dari tanah Minahasa. Untuk itu kita bersyukur karena Ia memperkenankan kita menjadi kawan sekerja-Nya, sehingga dalam rentang waktu 74 tahun (1934-2008) GMIM terus hadir dan berkarya. Kita semua mengalami berbagai tantangan. Dalam memaknai tantangan itu kita sering kurang mampu mengisinya dengan karunia-Nya yang luar biasa yang kita masing-masing dan bersama miliki. Kita kurang mampu menata kekayaan pemberian-Nya itu. Bahkan sering kita salah mengisi tantangan itu, sehingga  kita menjadi penyebab masalah dalam gereja dan dalam hubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Coba kita perhatikan berbagai masalah sosial kemasyarakatan di daerah kita ini seperti a.l. yang diberitakan oleh koran-koran lokal kita. Apa yang kita baca? Apa yang kita dengar? Apa yang kita lihat?  Siapa pelakunya ? Apa masalahnya? .........  Apa kira-kira yang menyebabkannya? Lalu, apa artinya menjadi orang percaya, orang Kristen-warga GMIM ? Apa artinya dengan banyaknya gedung gereja yang terus direnovasi mengikuti perkembangan jaman ? Apa artinya dengan banyaknya jenis ibadah dan banyaknya kegiatan komisi pelayanan kategorial BIPRA ?
Marilah kita belajar ulang tentang apa janji kita kepada-Nya dalam bergereja (GMIM) atau lebih luas  lagi menjadi orang Kristen – orang percaya.
Mazmur 101 berisikan nazar atau janji seorang raja. Mari kita lihat isi janji itu. Pertama, kasih setia dan hukum Tuhan dinyanyikan atau dimazmurkan. Dalam hidup umat Israel mengasihi dan setia kepada Allah dinyatakan dengan mengikuti segala ketentuan atau peraturan-Nya seperti yang tertuang dalam Sepuluh Hukum Tuhan. Kedua, hidup tidak bercela dan hidup dalam ketulusan hati di dalam rumah. Ini penting, bahwa mulai di dalam rumah sendiri hidup tak bercela dan dengan tulus hati maka akan berpengaruh di luar rumah.  Rumah adalah tempat pertama dan utama pendidikan berlangsung. Ketiga, perkara dursila dan perbuatan murtad dibenci. Keempat, hati yang bengkok dan kejahatan menjauh atau tidak dipraktekan. Kelima, orang yang tidak berani menegur teman secara terang-terangan dan sombong atau tinggi hati tidak disukai.
Nah... dari kelima hal ini kita mendapati sepuluh prilaku hidup yang harus dijauhi atau ditiadakan dalam kehidupan bersama mulai dari dalam rumah sendiri. Sungguh luar biasa nazar atau janji seorang raja. Raja di sini dapat berarti pemimpin. Pemimpin itu dapat berarti a.l orang tua, orang dewasa, guru, pimpinan suatu organisasi/lembaga. Yah ... dapat berarti semua orang yang percaya kepada Tuhan Allah yang ia percayai sebagai pemberi petunjuk hidup yang agung, yang menyelamatkan.
Jelaslah bahwa hidup beriman termasuk bergereja adalah soal hubungan manusia dengan Tuhan yang harus nyata dalam hidup yang baik, jujur, setia, adil dan benar. Beriman dan bergereja adalah soal ajaran dan etika atau prilaku hidup. Bila kita mengaku percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat kita, maka hal itu harus terbukti dalam kehidupan sehari-hari yang menjauhi perbuatan-perbuatan jahat. Tidak cukup hanya mengaku iman dalam kata-kata, tetapi harus dibuktikan dalam pergaulan dengan sesama dan dengan alam sekitar. Bagi para pelayan khusus (pelsus) gereja terutama para pendeta dan guru agama pekerja tetap GMIM, mempunyai tanggungjawab utama dalam melaksanakan nazar atau janji bergereja GMIM. Kalau para pelsus ini melakukan tugasnya dengan baik dan benar, maka para pelsus (penatua dan syamas) pun akan mengikutinya, meskipun tidak otomatis. Dengan begini, pelayanan gereja bagi anggota jemaat berjalan benar. Saya ingat slogan waktu HUT ke 177 Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di tanah Minahasa pada bulan Juni lalu yaitu  “aku bangga jadi warga GMIM”. Semoga demikian.
Dengan pembacaan Alkitab ini, selaku warga GMIM kita diingatkan agar marilah kita beragama atau bergereja yang fungsional atau yang berfungsi atau berperan baik dan benar, bukan hanya beragama/bergereja ritual seremonial. Terjadinya masalah-masalah sosial antara lain disebabkan oleh tidak berfungsi baik keberagamaan kita. Terus sibuk beribadah dan berderma, tetapi kejahatanpun tetap terjadi bahkan makin meningkat dan semakin banyak orang yang tidak segan-segan menyatakan diri miskin hanya sekedar untuk memperoleh bantuan, lalu ada yang betul-betul susah/miskin tetap miskin di tengah kemegahan gedung gereja.
Bila setiap pendeta, guru agama, penatua, syamas setia melakukan janji/ nazar bergereja dalam masyarakat, maka kejahatan akan makin lama makin berkurang. Bila kita  sebagai kaum perempuan gereja menjadi pelopor melakukan kehendak Tuhan seperti yang kita baca tadi, maka GMIM ke depan akan betul-betul jadi berkat bagi masyarakat. Bila janji para pelsus sewaktu diteguhkan dilaksanakan dengan benar, maka masalah-masalah organisasi struktural dalam GMIM tidak akan terjadi atau kalaupun itu terjadi akan segera diselesaikan.
Kebanggaan kita warga GMIM ialah meskipun di tengah banyak permasalahan baik internal ( ke dalam) maupun eksternal (keluar), Tuhan Yesus tidak membiarkan kita dan masih mempercayai kita jemaat-jemaat untuk menjadi rekan sekerja-Nya di tanah Minahasa. Tetaplah ingat : Janji adalah hutang. Bila janji tidak kita penuhi, maka kita berhutang kepada-Nya. Amin

Catatan :

Bila pertanyaan-pertanyaan pendahuluan belum dipercakapkan, dapat dilakukan sesudah perenungan selesai. Atau dapat melanjutkan diskusi lebih dalam lagi. Untuk itu pemimpin ibadah harus dapat menyiapkan tambahan pertanyaan sesuai kebutuhan setempat, seperti a.l pertanyaan menyangkut program rutin kompelka wanita/kaum ibu yang kebanyakan hanya terbatas untuk ibadah seremonial dan arisan serta tabungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar