Rabu, 30 November 2011

Yohanes 11:1-45

Renungan untuk BAKI 2011
Minggu Pra Paskah V, 10 April 2011


Yohanes 11:1-45 Penyakit dan Kematian Bukanlah Akhir Perjuangan Iman.

Di minggu pra paskah ini, kita membaca Alkitab tentang Lazarus dibangkitkan. Sepertinya pemilihan bacaan ini tidak bertindih tepat dengan kalender gerejawi atau tahun gerejawi. Memang bila secara sepintas apalagi hanya terfokus pada peristiwa kebangkitan Lazarus, maka ketidak-relevanan bacaan di minggu ini cukup beralasan.
Namun, bila kita menelusuri ayat demi ayat dari 44 ayat ini, maka ada hal yang berkaitan dengan maksud minggu pra paskah yaitu menghayati arti penderitaan Yesus dan penderitaan orang beriman kepada-Nya.

Meski bagian Alkitab ini diberi judul Lazarus dibangkitkan, namun sesungguhnya yang paling banyak dibicarakan di sini adalah soal penyakit Lazarus. Yesus mengatakan bahwa bukan penyakit yang membawa kematian yang ditekankan, melainkan “penyakit itu menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” (ayat 4). Kematian Lazarus membuat rasa kehilangan yang mendalam bagi Maria dan Marta. Bahkan Yesus sendiri turut menyaksikan Lazarus yang sedang terbaring kaku di tempat tidurnya (ayat 35). Dapat kita bayangkan kedekatan hubungan antara Yesus dan keluarga Lazarus, Marta dan Maria. Sampai-sampai Maria dan Marta begitu yakin bila Yesus ada bersama mereka pastilah saudara mereka Lazarus tidak mati. Sementara itu Yesus sebagai Tuhan tahu dengan pasti bahwa Lazarus pasti dapat hidup kembali, bahkan Yesus sempat bicara untuk mengurangi rasa putus harapan mereka dengan mengatakan bahwa Lazarus hanyalah tidur. Sebab Yesus adalah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan hidup walaupun sudah mati” (ayat 25).

Dari cerita ini, dapat ditarik beberapa butir refleksi :
1. Penyakit menyatakan kemuliaan Allah. Artinya setiap penyakit yang diderita oleh seseorang, pastilah Tuhan mengetahui dan ada maksudnya dan manfaatnya bagi diri sendiri dan karena itu bagi kemuliaan Tuhan. Dalam banyak hal penyakit kita hindari, kita berdoa dan berusaha agar kita tetap sehat dan jangan sakit. Tetapi bila penyakit itu datang, pasti ada maksud Tuhan bagi kita. Sama halnya dengan penderitaan. Tidak ada seorangpun yang menginginkan hidupna menderita, tidak ada seorangpun yang berdoa agar ia menderita. Tetapi, bila penderitaan itu datang menimpa hidup kita, baik itu karena ulah kita sendiri maupun karena ulah orang lain, pastilah Tuhan mempunyai maksud. Ada ungkapan “Tuhan tidak akan memberi cobaan yang melampaui kemampuan kita”.
2. Merasa kehilangan dan menangis atas kematian seseorang yang kita kasihi adalah suatu kewajaran alias manusiawi. Namun di tengah suasana ini, janganlah berputus asa. Selalu berpengharapan bahwa ada masa depan. Memang pada jaman sekarang ini adalah tidak mungkin mengharapkan bangkitnya seseorang yang sudah mati. Namun hal yang pasti ialah pengharapan di tengah kenyataan kematian ada kehidupan bila membawa segala keluh kesah dan pergumulan ini kepada Tuhan. Ia paling tahu apa yang kita harapkan dan yang kita butuhkan. Kedekatan dengan Tuhan akan teralami saat kita selalu berdialog dengan Dia melalui doa.
3. Peran perempuan untuk kehidupan sangat signifikan. Meski keberadaan dua perempuan di sini adalah suatu kebetulan, namun tercatatnya dua nama ini menyatakan bahwa peran perempuan dalam hal perhatian dan pengharapan akan kehidupan dalam tangan Tuhan sangat berarti. Bahkan mereka berhasil menggugah rasa kedekatan Yesus dengan keluarga mereka. Perilaku mereka ini adalah tulus bukan dibuat-buat, bukan untuk cari muka agar dapat perhatian. Persekutuan dan kedekatan yang sudah terjalin lama dan berkelanjutan menjadi dasar dari pengharapan mereka akan kehidupan dari Tuhan Yesus.
4. Kematian seseorang bukanlah akhir dari segala perjuangan orang beriman. Sebab kita mempunyai Tuhan Yesus yang adalah kebangkitan dan hidup. Barangsiapa yang percaya kepada-Nya, ia akan hidup walaupun sudah mati. Mari kita kutip juga pengakuan iman yang biasanya kita ucapkan dalam ibadah minggu di gedung gereja berbunyi antara lain “… Aku percaya kepada Roh Kudus; Gereja yang kudus dan am; persekutuan orang kudus; pengampunan dosa; kebangkitan daging, dan hidup yang kekal.”
Keempat butir refleksi ini menjadi bahan perenungan kita di minggu pra paskah V ini. Intinya : penyakit dan kematian bukanlah kata akhir dari kehidupan ini. Di jaman yang makin canggih ini, belum semua orang memandang dan menjadi bagian hidupnya serta kelakuannya sehari-hari tentang hidup adalah perjuangan yang harus dimaknai dengan hal-hal yang benar, adil, jujur, baik dan bermartabat. Sekalipun harus menderita, tetapi kebenaran, keadilan, kekujuran, kebaikan dan hidup bermartabat harus tetap dikedepankan menjadi jalan hidup kita. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar